LAPORAN DASAR ILMU TANAH (PENETAPAN pH, BAHAN ORGANIK, DAN KAPUR)
IV. PENETAPAN pH TANAH, BAHAN ORGANIK DAN KAPUR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Bunting, 1981).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
I.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan nilai pH tanah, menetapkan tingkat kemasaman tanah, dan mengetahui kadar bahan organik yang terkandung dalam tanah.
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalahbotol plastic, timbangan analitik, pengocok bolak-balik, lempeng kaca, gelas ukur, sendok, pipet tetes, label stiker, stopwatch, dan pH meter.
II.1 Bahan
Adapun bahan yang dibutuhkan adalah larutan H2O, larutan KCl 1 N, larutan H2O2 10%, HCl 6 N, dan contoh tanah Wajak dan Sukoanyar 0.5mm.
III. CARA KERJA
1. Penetapan pH
- Menimbang contoh tanah Wajak dan Sukoanyar 0.5mm sebanyak 10gr dan memasukkan ke dalam botol plastik.
- Menambahkan 10ml larutan H2O dan lautan KCl sebagai penetpan pH.
- Mengocok dengan pengocok bolak-balik selama 10menit.
- Mengukur pH suspense dengan pH meter.
2. Penetapan Bahan Organik
- Menyiapkan lempeng kaca untuk tempat contoh tanah.
- Mengambil sampel tanah dan menaruh seperlunya pada lempeng kaca.
- Mencampurkan seanyak 5 tetes H2O2 10% ke permukaan masing-masing contoh tanah.
- Mengamati tanda/gejala perubahan reaksi yang terjadi dan mengamati perbandingan waktu reaksinya.
3. Penetapan Kapur
- Mengambil sampel tanah dan menaruh seperlunya pada lempeng kaca.
- Mencampurkan sebanyak 5 tetes HCL 6 N ke permukaan masing-masing contoh tanah.
- Mengamati tanda/gejala perubahan reaksi yang terjadi dan mengamati perbandingan waktu reaksinya.
IV. HASIL PENGAMATAN
a. Hasil Pengukuran pH Tanah
(Perbandingan Wajak : Sukoanyar)
No.
|
Contoh Tanah
|
pH H2O
|
pH KCl
|
1.
|
Wajak
|
7,05
|
5,82
|
2.
|
Sukoanyar
|
6,19
|
5,30
|
b. Hasil Pengamatan Bahan Organik dan Kapur
No.
|
Contoh Tanah
|
BO
|
Kapur
|
1.
|
Wajak
|
Rendah
|
Rendah
|
Tidak bergelembung
|
Tidak bergelembung
| ||
2.
|
Sukoanyar
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Banyak gelembung
|
Banyak gelembung
|
V. PEMBAHASAN
pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
Berdasarkan table pengamatan diatas dapat dijelaskan bahwa pada penetapan pH Wajak dan Sukoanyar menggunakan H2O adalah 7,05 dan 6,19. Sedangkan penetapan pH pada tanah Wajak dan Sukoanyar menggunakan KCl diperoleh nilai pH sebesar 5,82 dan 5,30. Sehingga tanah Wajak dan Sukoanyar pada penetapan pH dengan H2O dan KCl dapat menumbuhkan tanman dengan optimal kecuali pada tanah Wajak dengan penetapan pH menggunakan H2O, karena tanah tersebut melebihi pH netral.
Pengaruh masing-masing larutan terhadap nilai pH, menggunakan H2O untuk mengetahui kemasaman actual dan menggunakan KCl untuk mengetahui kemasaman potensial. Nilai pH potensial lebih kecil dari nilai pH actual. Pengukuran suspensi pH harus segera dilakukan setelah pengocokan agar tanah tidak mengendap.
Air bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH- yang sama pada keadaan netral pH adalah 7. Suatu ukuran skala pH digunakan untuk memudahkan dan menyatakan SI+ yang sangat kecil didalam air maupun didalam berbagai sistem hayati penting, kation-kation yang dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga yang cukup besar untuk memperlambat pencuciannya dari tanah, (Foth, 1994).
Biasanya jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin sulit diserap tanaman, demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah akar juga akan kesulitan menyerap makanannya yang berada didalam tanah. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang kita yang kita berikan jika pH dalam tanahsedang-sedang saja cenderung netral. (Tan,1990).
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konesntrasi ion hidrogen H+ didalm tanah, makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Pada tanah-tanah yang masam ion H+ lebih `tinggi dari pada OH- sedangkan pada tanah brsifat alkalis kandungaan ion OH- lebih tinggi pada ion H+. kemasam tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi sedangkan pengaruhnya sangat besar padatanaman, seehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Hakim, 1986).
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial, kemasan aktif ialah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Sedangkan reaksi tanah adalahh banyaknya kadar hydrogen dapat ditukar oleh kompleks koloid tanah (Hardjowigeno, 1987).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010).
Hasil penetapan bahan organic tanah pada tanah Wajak setelah ditetesi H2O2 menunjukkan rendahnya kandungan organic karena pada saat ditetesi, tanah tersebut tidak menunjukkan adanya gelembung. Berbeda dengan tanah Sukoanyar, setelah ditetesi dengan H2O2 menunjukkan bahwa banyaknya kandungan bahan organic karena diunjukan dengan banyaknya gelembung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman tanah, iklim (curah hujan dan suhu), drainase, tekstur tanah dan vegetasi. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm, sehingga lapisan tanah makin ke bawah maka bahan organik yangdikandungnya akan semakin kurang (Hakim dkk, 1986).
Hasil penetapan kapur pada tanah Wajak rendah, karena saat ditetesi HCl tidak menunjukkan adanya gelembung. Tetapi pada tanah Sukoanyar dapat diketahui bahwa kandungan kapurnya tinggi, karena ditunjukkan adanya banyak gelembung yang terbentuk ketika ditetesi menggunakan HCl.
Tujuan digunakannya H2O2 pada uji bahan organic adalah berfungsi sebagai penghilang bahan organic pada tanah, dan reaksi yang dikeluarkan adalah asap. Semakin banyak asap yang terbentuk berarti semakin banyak pula bahan organic yang terandung di dalam tanah tersebut.
Penggunaan HCl adalah untuk mengetahui adanya kapur atau tidak di dalam suatu tanah.
VI. KESIMPULAN
Hasil yang didapat pada praktikum yang telah dilaksanakan adalah pada penetapan pH, tanah Wajak pada uji H2O menunjukkan bahwa tanahnya tidak dapat ditanami dengan optimum karena pH melebihi netral yaitu sebesar 7,05.
Tanah Wajak pada uji bahan organik dan kapur menunjukkan tidak adanya gelembung yang terbentuk, dengan demikian tanah tersebut kandungan bahan organik maupun kapurnya rendah.
Tanah Sukoanyar pada uji bahan organik dan kapur menunjukkan bahwa kandungan bahan organik dan kapurnya tinggi, karena terbentuk banyak gelembung.
DAFTAR PUSTAKA
Bunting. 1981. Konservasi Tanah dan Air. CV. Pustaka Buana: Bandung.
Fadhilah. 2010. Pengertian Tanah Bertalian. http://repository.usu.ac.id
Foth, Henry. D,. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim, N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Hardjowigeno. S. 2010. Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Pairunan, A.K., dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. BKS PTN Intim, Makassar.
Tan H. K 1990. Dasar – Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN :
![]()
sampel tanah Wajak dan Sukoanyar pada uji H2O2
| ![]()
sampel tanah Wajak dan Sukoanyar pada uji HCl 6N
|
![]()
sampel tanah Wajak dan Sukoanyar saat ditetesi HCl 6N
| ![]()
sampel tanah Wajak dan Sukoanyar saat ditetesi H2O2
|
![]()
penimbangan tanah 10gr
| ![]()
sampel tanah dikocok dengan pengocok olak-balik seama 10menit
|
![]()
pengukurandengan pH meter
| ![]()
pH tanah Wajak uji H2O
|
![]()
pH tanah Wajak uji KCl
| ![]()
pH tanah Sukoanyar uji KCl
|
Komentar
Posting Komentar